Artikel

Nama Allah Shubhanahu wa ta’alla 


al-Halim (Maha Penyantun) 





Penjelasan Nama Allah Shubhanahu wa ta’alla 


 (al-Halim) 


Segala puji hanya untuk Allah Shubhanahu wa ta’alla 


Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasul Allah 


ShalAllah ‘alaihi wa sallam . Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah 


yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah 


Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, 


dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu ’alaihi wa 


sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du: 


Allah Shubhanahu wa ta’alla tabaraka wa ta'ala berfirman tentang 


asma'ul husna ini dalam kitab -Nya: 





"Hanya milik Allah Shubhanahu wa ta’alla asmaa-ul husna (nama


nama yang indah), Maka berdo'alah kepada -Nya dengan menyebut 


asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang 


menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama -Nya. 


Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah 


mereka kerjakan".  (QS al-A'raaf: 180). 


 


Dan dijelaskan dalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh 


Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyAllah 


Shubhanahu wa ta’allau 'anhu, bahwasannya Nab Muhammad 


 





ShalAllah Shubhanahu wa ta’allau ‘alaihi wa sallam pernah 


bersabda. 





"Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla memiliki sembilan 


puluh sembilan nama, barang siapa yang menghitung (dengan 


mengamalkannya) maka dia akan masuk surga". HR Bukhari no: 


2736. Muslim no: 2677.  


 


Diantara nama-nama Allah Shubhanahu wa ta’alla 


Shubhanahu wa ta’alla yang indah tersebut, sebagaimana yang 


disebutkan didalam al-Qur'an serta hadits ialah nama Allah 


Shubhanahu wa ta’alla ta'ala al-Halim (Maha Penyantun). Sebagian 


ulama ada yang menyebutkan, bahwasannya Allah Shubhanahu wa 


ta’alla menyebut nama ini secara khusus didalam al-Qur'an itu 


sebanyak sebelas kali. Diantaranya ialah yang tercantum dalam 


firman -Nya: 





"Dan ketahuilah bahwasanya Allah Shubhanahu wa ta’alla 


mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada 


Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha 


Pengampun lagi Maha Penyantun". (QS al-Baqarah: 235). 





Demikian pula dalam firman -Nya: 





"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah 


yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si 


penerima). Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha Kaya lagi Maha 


Penyantun".  (QS al-Baqarah: 263). 


 


Dan sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan 


Muslim dari haditsnya Ibnu Abbas radhiyAllah Shubhanahu wa 


ta’allau 'anhu, bahwasannya Nabi Muhammad ShalAllah 


Shubhanahu wa ta’allau ‘alaihi wa sallam tatkala ditimpa kesusahan 


beliau berdo'a dengan membaca: 


 


"Tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan 


Allah Shubhanahu wa ta’alla, yang Maha Agung lagi Maha 


Penyantun, tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar 


melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla, Rabb pemilik Arsy yang 


besar. Tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar 


melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla, Rabb pemilik langit dan 


bumi serta Arsy yang mulia". HR Bukhari no: 6345 . Muslim no: 


2730. 


Ibnu Jarir memberi makna nama Allah Shubhanahu wa 


ta’alla yang agung ini dengan mengatakan: 'Yang dimaksud dengan 


Halim ialah Maha pemurah, dimana Dirinya tidak menjadikan dosa 


yang dilakukan oleh para hamba -Nya sebagai alasan untuk 


menghukumnya'.1 


Sedangkan al-Khatabi, beliau mengatakan: 'Dia adalah Maha 


Pengampun dan Penyabar yang tidak terkalahkan oleh sifat marah, 


dan tidak pula dibodohi oleh kebodohan, serta merugi oleh orang 


yang berbuat maksiat kepadanya. Dan tidak layak seseorang 


dikatakan pengampun dan menyandang nama penyantun apabila 


dirinya lemah. Akan tetapi penyantun ialah orang yang mengampuni 


manakala dirinya mampu untuk membalasnya dan tidak gegabah 


untuk memberi hukuman. Seorang penyair mengatakan: 


Kemulian tak akan didapat walaupun dia dermawan 


Sampai kiranya ia mau untuk merasa rendah diri 


Jika dicela akan terlihat wajah aslinya  


1


 . Lihat Jami'ul Bayan 2/1358. 





Bukanlah pemaaf itu yang lemah tapi yang memaafkan 


tatkala mampu 


Berkata Ibnu Katsir: 'Yang dimaksud dengan 'Halim dan 


Ghofur' (Maha Penyantun lagi Pengampun) ialah bahwasannya Allah 


Shubhanahu wa ta’alla melihat kepada hamba -Nya yang 


mengkufuri dan berbuat maksiat kepada -Nya, dan Dia tetap 


bermurah hati, sabar, menunggu, membiarkan dan tidak terburu


buru, menutupi perbuatan mereka serta mengampuninya'.2 


Diantara beberapa efek, dampak keimanan dengan nama yang 


agung ini ialah: 





Menetapkan sifat penyantun bagi Allah Shubhanahu wa 


ta’alla, yang isi kandunganya ialah bahwa –Dia memaafkan 


para pendosa dikalangan para hamba -Nya lalu membiarkan 


mereka tanpa dikenai hukuman secara langsung namun 


diakhirkan, barangkali pada mereka ada yang mau kembali 


serta bertaubat kepada -Nya. 


Bolehnya seorang mukmin bertawasul kepada Rabbnya ketika 


berdo'a dengan menggunakan sifat yang agung ini, seperti 


mengucapkan: 'Wahai Maha Penyantun ampuni saya dan 


maafkan serta tutupi kesalahanku'. 


2


 . Tafsir Ibnu Katsir 11/338. 





Sifat murah hatinya Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada para 


hamba -Nya ialah dengan membiarkan tidak langsung memberi 


hukuman adzab kepada mereka para pendosa.3 


Seorang penyair mengatakan: 


Tidak ada orang yang lebih penyantun dari pada Allah 


Shubhanahu wa ta’alla kepadaku 


Buktinya, dosa selalu ku perbuat dan Allah 


Shubhanahu wa ta’alla tetap menutupi dan membiarkanku 


Dan apabila engkau ditanya tentang sifat pemaafnya Allah 


Shubhanahu wa ta’alla, maka jawablah, bahwa Allah Shubhanahu 


wa ta’alla didalam memaafkan itu sudah sampai pada derajat 


sempurna, pada -Nya penyantun secara perfect yang meliputi langit 


dan bumi, masuk didalamnya bermurah hati terhadap hamba -Nya 


yang kafir, fasik dan orang yang berbuat maksiat, yaitu dengan 


membiarkan tidak langsung menurunkan adzab terhadap mereka, 


justru Allah Shubhanahu wa ta’alla mengampuni dan memberi batas 


tenggang atas mereka kiranya mereka mau bertaubat lalu menerima 


taubatnya, karena sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla 


3


 . An-Nahjul Asma fi Syarhi Asmailllah al-Husna oleh an-Najdi 1/276. 





adalah Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang. Dalam 


keadaan seperti itu, Allah Shubhanahu wa ta’alla masih saja 


memberi mereka dengan berbagai macam kenikmatan dengan ke 


Maha kayaanya, yang kalau sekiranya Allah Shubhanahu wa ta’alla 


menghendaki tentu akan mengambil dosa yang mereka lakukan 


secepat mungkin, akan tetapi sifat murah hatinya Allah Shubhanahu 


wa ta’alla menjadikan mengakhirkan untuk menurunkan adzab 


untuk para pendosa. Allah Shubhanahu wa ta’alla ta'ala berfirman: 





"Dan kalau sekiranya Allah Shubhanahu wa ta’alla menyiksa 


manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan 


meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang 


melatapun akan tetapi Allah Shubhanahu wa ta’alla menangguhkan 


(penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; Maka apabila 


datang ajal mereka, Maka Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa 


ta’alla adalah Maha melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya".  (QS 


Faathir: 45). 3F


                                                       


4 . Al-Asmaul Husna wa shifatil Ulya karya Syaikh Abdul Hadi Wahbi hal: 





Sedangkan Imam Ibnu Qoyim mengatakan dalam bait syairnya: 


 


Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha Pemurah, yang tidak mengadzab  


                     HambaNya dengan hukuman, supaya mereka bertaubat 


 


Kalaulah bukan karena penyantun dan maha mengampuni 


yang dimiliki oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla, tentulah dunia 


beserta langit ini akan bergoncang oleh karena berbuat maksiat 


yang dilakukan oleh hamba -Nya. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla  


telah berfirman: 





"Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla menahan langit dan 


bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap 


tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah 


Shubhanahu wa ta’alla. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun 


lagi Maha Pengampun".  (QS Faathir: 41). 


 


Maka perhatikan terhadap penutup ayat ini dimana Allah 


Shubhanahu wa ta’alla menutupnya dengan menyebut dua nama 


diantara nama-nama -Nya yang lain, yaitu nama Maha Penyantun 


dan Maha Pengampun. Sehingga akan engkau simpulkan, 


bagaimana kalau sekiranya bukan karena penyantunnya terhadap 


para pelaku kejahatan dan ampunan -Nya terhadap para pendosa, 


tentu kiranya langit dan bumi ini tidak akan bisa tetap teguh dan 


langgeng.5 


Dan didalam ayat diatas memberitahu kepada kita bahwa 


langit dan bumi tak kuat dan meminta izin kepada Allah Shubhanahu 


wa ta’alla supaya dimusnahkan saja dengan sebab perbuatan yang 


dilakukan oleh makhluk, akan tetapi Allah Shubhanahu wa ta’alla 


menahan langit dan bumi dengan sifat penyantun dan pengampun 


yang dimiliki oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla.6  


1. 


Kemurahan Allah Shubhanahu wa ta’alla begitu besar dan itu 


bisa terlihat jelas dengan kesabaran Allah Shubhanahu wa 


ta’alla terhadap makhluk -Nya yang berbuat maksiat kepada    


Nya. Dan sifat sabar tersebut masuk dalam sifat penyantun 


karena bisa dipastikan setiap pemaaf pasti penyabar. Dan 


didalam hadits telah dijelaskan adanya sifat sabar yang dimiliki 


oleh Allah azza wa jalla, sebagaimana sebuah hadits yang 


dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Musa al


Asy'ari radhiyallahu 'anhu, bahwasannya Nab Muhammad 


Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 


5 . Idem hal: 222-223. 


6


 . Idatus Shabirin Ibnu Qoyim hal: 237. 





 "Tidak ada seorangpun, atau tidak ada sesuatupun yang lebih 


sabar pendengarannya dari gangguan daripada Allah 


Shubhanahu wa ta’alla. Sesungguhnya mereka (orang-orang 


kafir) menyebut bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla punya 


anak, akan tetapi Allah Shubhanahu wa ta’alla membiarkan 


mereka dan tetap memberi rizki pada mereka". HR Bukhari no: 


6099. Muslim no: 2804. 


Allah Shubhanahu wa ta’alla ialah Maha Besar dan Raja 


dari segala raja, Maha penyantun, kebaikan -Nya berada diatas 


seluruh kebaikan makhluk yang telah mencela dan 


mendustakan diri -Nya, namun tetap saja Allah Shubhanahu 


wa ta’alla memberi rizki orang yang mencela serta berkata 


dusta atas -Nya, membiarkan dan memberi kesempatan, 


mengajak mereka kedalam surga -Nya, menerima taubatnya 


apabila mereka bertaubat, kemudian mengganti kejelekan 


yang pernah dilakukan dengan kebaikan, lemah lembut dengan 


mereka pada setiap keadaan, dan masih diutusnya rasul 


kepada mereka lalu menyuruh kepadanya supaya berkata 


12 


lemah lembut terhadap mereka. Maka mana ada sifat pemaaf, 


penyantun dan sabar yang lebih agung dari pada ini semua?. 7 


Dan dalam sebuah ayat Allah Shubhanahu wa ta’alla 


mengabarkan tentang kenapa Dirinya menangguhkan didalam 


menurunkan adzab terhadap pendosa dari kalangan para 


hamba        -Nya ketika didunia, yang menjelaskan 


bahwasannya kalau seandainya dosa-dosa mereka yang telah 


dikerjakan itu langsung diadzab sebagai balasan langsung , 


tentu tidak akan ada yang tersisa dimuka bumi ini seorangpun. 


Lebih jelasnya simak firman Allah Shubhanahu wa ta’alla 


berikut ini: 


"Jikalau Allah Shubhanahu wa ta’alla menghukum manusia 


karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan -Nya di 


muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah 


Shubhanahu wa ta’alla menangguhkan mereka sampai kepada 


waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya 


(yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat 


mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) 


mendahulukannya".  (QS an-Nahl: 61). 


Imam Ibnu Katsir didalam tafsirnya menjelaskan ayat 


mulia diatas: 'Allah Shubhanahu wa ta’alla ta'ala mengabarkan 


tentang sifat kemurahan -Nya terhadap para makhluk -Nya 


7


 . Syifaa'ul Alil oleh Ibnu Qoyim 2/654. 





dengan perbuatan dhalim yang mereka lakukan. Yang 


seandainya Allah Shubhanahu wa ta’alla menghukum mereka 


dengan ulah tangan yang mereka kerjakan tentu tidak akan 


ada yang terisa dimuka bumi ini seekor binatang melatapun. 


Artinya, tentu semua binatang melata akan ikut hancur sebagai 


akibat hancurnya anak cucu Adam. Akan tetapi Rabb kita itu 


Maha Penyantun, Dirinya menutupi dan menangguhkan 


hukuman, sampai pada batas yang telah ditentukan, dan tidak 


langsung menurunkan hukuman terhadap mereka, yang 


sekiranya Allah Shubhanahu wa ta’alla melakukan hal tersebut 


atas mereka tentu tidak akan ada yang tersisa dimuka bumi'. 8  


Namun, terkadang hukuman ini bisa didapat ketika 


didunia sebagaimana yang terjadi pada sebagian negeri kafir, 


atau kaum yang sudah sangat sering dan banyak melakukan 


perbuatan maksiat, dan hukuman tersebut bisa berupa banjir 


bandang, tanah longsor, serta gempa bumi yang meluluh 


lantakan semua orang. Hal itu sebagaimana yang disebutkan 


dalam firman -Nya: 


                                                   


8 . Tafsir Ibnu Katsir 8/320. 





"Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana 


disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi 


dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji 


Allah Shubhanahu wa ta’alla. Sesungguhnya Allah Shubhanahu 


wa ta’alla tidak menyalahi janji".  (QS  ar-Ra'du: 31). 


 


2. Di bolehkan untuk memberi sifat penyantun ini kepada 


makhluk, dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla ta'ala sendiri 


telah mensifati para Nabi -Nya dengan sifat ini. Seperti yang 


tercantum didalam firmanNya: 





"Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang 


penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah 


Shubhanahu wa ta’alla".  (QS Huud: 75). 


 


Didalam ayat lain Allah Shubhanahu wa ta’alla menceritakan 


tentang keadaan kaumnya Syu'aib, Allah Shubhanahu wa 


ta’alla berfirman: 





"Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun 


lagi berakal".  (QS Huud: 87). 


 


Dan didalam sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Imam 


Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dia 


menceritakan: 'Pada suatu hari aku melihat kepada Nab Muhammad 


 


16 


Shalallahu‘alaihi wa sallam yang sedang mengisahkan seorang dari 


Nabi  dari kalangan para Nabi , yang dipukul oleh kaumnya hingga 


berdarah, maka Nabi  tersebut mengusap darah yang mengalir 


diwajahnya sambil mengucapkan: 





''Ya Rabbku ampunilah kaumku sesungguhnya mereka tidak 


mengetahui". HR Bukhari no: 6929 , Muslim no: 1792. 


 


Sifat penyantun ini termasuk dari sifat-sifat agung yang 


Allah Shubhanahu wa ta’alla inginkan supaya para hamba -Nya 


mengambil bagian dari sifat penyantun ini. Sebagaimana hadits yang 


dikeluarkan oleh Imam Muslim dari al-Asaj bin Qois radhiyallahu 


'anhu, bahwasannya Nabi  Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam 


bersabda: 





"Sesungguhnya engkau mempunyai dua sifat yang dicintai oleh Allah 


Shubhanahu wa ta’alla, yaitu sifat penyantun lagi sabar". HR Muslim 


no: 18. 


Dan kalau kita ingin melihat teladan dalam masalah ini, 


maka Nab Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang 


yang paling penyantun. Sebagaimana yang diceritakan dalam sebuah 


hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Anas 


bin Malik radhiyallahu 'anhu, yang menceritakan: 'Aku pernah 


berjalan bersama Nab Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan 


beliau memakai burdah najran yang tepinya tebal. Di tengah jalan 


kami bertemu dengan arab badui yag langsung menarik burdah 


tersebut secara keras, sampai aku melihat bekas tersebut dipundak 


Nabi, karena kerasnya didalam menarik pakaian tersebut. Setelah itu 


arab badui tersebut berkata: 'Beri saya dari harta Allah Shubhanahu 


wa ta’alla yang ada disisimu'. Maka Nabi  memalingkan tubuhnya 


kearahnya lalu tersenyum, kemudian memerintahkan pada para 


sahabatnya agar orang tersebut dipenuhi permintaannya'. HR 


Bukhari no: 3149. Muslim no: 1057. 


Maha Benar Allah Shubhanahu wa ta’alla tatkala mensifati 


Nabi -Nya dengan akhlak yang mulia, seperti dalam firman -Nya: 





 "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti 


yang agung".  (QS al-Qalam: 4). 


Sedangkan sifat-sifat yang sama-sama di miliki oleh 


pencipta dan makhluk maka harus dipahami bahwa sifat yang ada 


pada pencipta yaitu Allah Shubhanahu wa ta’alla sesuai dengan 


17 


keagungan dan ketinggian -Nya demikian pula yang ada pada 


makhluk harus didudukkan sesuai dengan porsinya. Jangan disama 


ratakan, karena jelas jauh berbeda antara sifat yang ada pada 


makhluk dan pencipta.  


Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla mencintai dari kalangan 


para hamba -Nya yang memiliki sifat ini yaitu penyantun, Allah 


Shubhanahu wa ta’alla Maha Penyantun dan mencintai orang-orang 


penyantun. Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha Pemurah dan 


mencintai orang-orang yang bermurah hati, Allah Shubhanahu wa 


ta’alla Maha Penyabar dan mencintai orang-orang Penyabar. 


Imam al-Qurthubi mengatakan: 'Maka diantara kewajiban 


bagi siapa saja yang telah mengetahui bahwasannya Allah 


Shubhanahu wa ta’alla adalah Maha Penyantun terhadap orang


orang yang berbuat maksiat kepada -Nya. Hendaknya dia berusaha 


untuk sabar dan penyantun terhadap orang yang menyelisihinya, 


karena hal tersebut lebih utama, sampai kiranya dia menjadi 


seorang penyantun dan bisa mencapai derajat sifat yang mulia ini, 


sesuai dengan ukuran kemarahannya, dengan tidak membalas 


kejelekan terhadap orang yang berlaku buruk kepadanya. Namun, 


justru dirinya berusaha untuk memaafkan sampai akhirnya sifat 


penyantun tersebut tersemat sebagai karakter akhlaknya. Dan 


sebagaimana penciptamu senang kalau dirimu mempunyai sifat 





penyantun, maka berbuat santunlah terhadap siapa saja, karena 


sejatinya engkau sedang beribadah dengan menekuni sifat 


penyantun tersebut yang tentunya engkau akan meraih pahalanya 


kelak'. 9 


Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman: 





"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang 


serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka 


pahalanya atas (tanggungan) Allah Shubhanahu wa ta’alla. 


Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim".  (QS 


asy-Syuura: 40). 


Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman: 





"Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, 


Sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang 


diutamakan".  (QS asy-Syuura: 43). 


                                                         


9 . al-Kitab al-Asna fi Syarh Asmaa'ulllah Husna hal: 96-97. 





Diriwayatkan oleh Khatib al-Baghdadi didalam sebuah 


kitabnya 9F


 10 sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, 


bahwasannya Nab Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam 


bersabda: 





"Ilmu itu hanya diperoleh dengan cara belajar, dan sifat penyantun 


diperoleh dengan cara sering berbuat santun, maka barangsiapa 


yang berusaha meraih kebajikan dirinya akan memperolehnya, dan 


siapa yang berhati-hati dari keburukan maka dirinya akan selamat". 


Di Shahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah no: 342. 


   


Sebagai penutup kita ucapkan segala puji hanya untuk Allah 


Shubhanahu wa ta’alla, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam 


semoga selalu tercurahkan kepada Nabi  kita Muhammad Shalallahu 


‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau dan para sahabatnya.   


                                                           


10 . Tarikh Baghdad 9/127. 



Tulisan Terbaru

Perjalanan Hidup SA’D ...

Perjalanan Hidup SA’D BIN MU’ADZ r.a

Kejadian-kejadian pen ...

Kejadian-kejadian penting yang terjadi setelah Fathu Makkah sampai Rasulullah saw. Wafat. Bagian 1 Oleh: DR. Mustafa as Siba’i.

Peperangan Rasulullah ...

Peperangan Rasulullah saw. Bagian 3 Oleh: DR. Mustafa as Siba’i.

Peperangan Rasulullah ...

Peperangan Rasulullah saw. Bagian 1 Oleh: DR. Mustafa as Siba’i.